KONSEP DIRI
A. Pengertian Konsep Diri
Menurut Rogers, konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari orang lain. Menurut Burns, konsep diri adalah suatu gambaran dari apa yang kita pikirkan, oranglain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.
Menurut Brooks, konsep diri disini dimengerti sebagai pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya, baik bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, dimana pandangan ini diperolehnya dari pengalamannya berinteraksi dengan oranglain yang mempunyai arti penting dalan hidupnya.
Pengertian konsep diri menurut gamabran saya adalah gambaran kepribadian yang ada dalam diri kita sendiri.
Komponen –komponen konsep diri:
1. Gambaran diri
Sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar maupun tidak sadar. Meliputi performance, potensi tubuh, persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
2. Ideal diri
Persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita.
3. Harga diri
Penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut. Konsep diri dan harga diri juga berubah ketika anak-anak memasuki dan menjalani masa remaja.
4. Peran diri
Pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat.
5. Identitas diri
Kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian sebagai sintetis semua aspek konsep diri sebagai sesuatu yang utuh.
B.
Perkembangan
Konsep Diri
1. Perkembangan Fase Bayi dan
Kanak-kanak
Secara kronologis (menurut urutan
waktu), masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung sejak seorang
individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun.
Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood)
adalah masa perkembangan yakni dari usia setahun hingga usia sekitar lima atau
enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi
secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Pertama
kali yang dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan
dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya diri
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh
orangtua atau oranglain. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga
pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan
yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
2. Perkembangan Fase Anak-anak
Anak-anak usia bermain beralih dari
ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri dari
oranglain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan
tugas higien dasar.
3. Perkembangan Anak selama Masa
Prasekolah
Dari segi fisik, anak-anak kecil
(young children) berkembang kekuatan dan koordinasi otot besar lebih dulu dan
kemudian otot kecil (seperti memotong dengan gunting atau menulis). Pada usia
prasekolah anak memiliki inisiatif , mengenali jenis kelamin, meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap
umpan bailk keluarga.
4. Perkembangan Anak selama Masa
Sekolah Dasar
Antara usia 5 dan 7 tahun, anak-anak
mengalami pertumbuhan yang lebih lambat tetapi kesehatan dan kemampuannya lebih
baik. Mereka berpikir dengan cara yang dijelaskan oleh Piaget sebagai tahap
operasi konkret. Anak-anak di kelas-kelas atas sekolah dasar beralih dari
pemikiran ogosentris ke pemikiran yang lebih tidak berpusat. Pada usia 9-12
tahun, anak-anak dapat menggunakan pemikiran logis dan dapat dibalik, dapat
bernalar secara abstrak, dan dapat mempunyai pemahaman tentang hubungan
sebab-akibat dan antar pribadi.
Pada masa anak-anak pertengahan,
anak-anak dapat dilihat sebagai orang yang mengatasi krisis psikososial
kemegahan versus inferioritas menurut Erikson. Sekolah menjadi faktor uatam
yang berpengaruh terhadap perkembagan, tempat di mana anak mengembangkan
pribadi public, membangun kemampuan sosial, dan membetuk harga diri berdasarkan
kompetensi akademis dan non-akademis. Pada masa remaja, antara usia 9 dan 12
tahun, konformitas dalam hubungan dengan teman sebaya, kelompok sebaya dengan
kedua jenis kelamin, dan tantangan terhadap otoritas orang dewasa menjadi lebih
penting.
Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memiliki
dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group),
2) Keadaan
fisik yang memungkinkan atau mendorong anak memasuki dunia permainan dan
pekerjaan yang mebutuhkan keterampilan jasmani,
3) Memiliki
dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan komunikasi
yang luas.
5. Perkembangan Fase Remaja
Perkembangan
pada masa remaja (adolescence)
berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 tahun pada wanita
dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal
sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri
melainkan juga para oarngtua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan, tak jarang
para penegak hukum pun turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang
dipandang menyimpang. Hal ini terjadi karena remaja dalam keadaan transisi
(masa peralihan) dari sautu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan
gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk
bahkan fatal (mematikan). Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan
sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus
diintegrasikan ke dalam diri.
6. Perkembangan Dewasa
Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase
perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40
tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada tahap
ambang dewasa (late adolescence) atau
masa remaja akhir yang berlangsung 21 atau 22 tahun. Masa dewasa membawa
perubahan kognitf, sosial, dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Pada
perkembangan dewasa awal meliputi hal-hal sebagai berikut: mulai bekerja
mencari nafkah, memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga, mulai
memasuki kehidupan berumah tangga, belajar hidup bersama pasanagn dalam suasana
rumah tangga, membesarkan anak-anak, menerima tanggung jawab, dan menemukan
kelompok sosial.
7. Perkembangan Setengah Baya
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang
berlamgsung antara usia 40-60 tahun. Dikalangan tertentu, pria dan wanita yang
sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang
mengalami masa pubertas kedua. Julukan itu timbul karena mereka senang lagi
bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah, dan bahkan jatuh
cinta lagi. Di masa perkembangan ini biasanya tampak gejala depresi, cepat
tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang sudah
mulai beranjka dewasa.
8. Perkembangan Fase Usia Tua
Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini
berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir (akhir
hayat). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah
psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh
perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
Diantara perubahan-perubahan
tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-otot tangan dan otot-otot yang
menyangkut seluruh tubuh. Oleh karena itu, pada umunya orangtua lebih cepat
merasa lelah, dan untuk mengembalikan kesegaran tubuhnya dari kelelahan itu, ia
memerlukan waktu yang lebih lama daripada ketika ia masih berusia muda.
A.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri
1.
Usia
Konsep diri berbentuk seiring dengan
bertambahnya usia, di mana perbedaan ini lebih banyak berhubungan tugas-tugas perkembangan.
2.
Intelegensi
Mempengaruhi penyesuaian diri seseorang
terhadap lingkungannya, orang lain, dan dirinya sendiri.
3.
Pendidikan
Seseorang yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya.
4.
Status
Sosial Ekonomi
Status sosial seseorang mempengaruhi
bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya.
5.
Hubungan
Keluarga
Seseorang yang mempunyai hubungan yang
erat dengan anggota keluarganya akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain
dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
6.
Orang
Lain
Kita mengenal diri kita dengan mengenal
orang lain terlebih dahulu.
Pengaruh Konsep Diri Terhadap
Prestasi Belajar
Dalam
proses belajar mengajar dibutuhkan konsep diri yang positif untuk mencapai
presatasi akademik yang tinggi, karena konsep diri berkolerasi dengan prestasi,
motivasi, dan tujuan pribadi. Hasil literatur beberapa ahli menunjukkan bahwa
dari berbagai karakteristik mahasiswa yang tidak mampu mencapai presatasi
akademik yang tinggi erat hubngannya dengan masalah rendahnya konsep diri
(Tarmidi, 2006).
Pembelajaran
konsep diri yang dapat dipraktikan di dalam pembelajaran
Daftar Pustaka
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar