Minggu, 17 Mei 2015

Konsep Diri

KONSEP DIRI 

 A. Pengertian Konsep Diri
 Menurut Rogers, konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari orang lain. Menurut Burns, konsep diri adalah suatu gambaran dari apa yang kita pikirkan, oranglain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan. Menurut Brooks, konsep diri disini dimengerti sebagai pandangan atau persepsi individu terhadap dirinya, baik bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, dimana pandangan ini diperolehnya dari pengalamannya berinteraksi dengan oranglain yang mempunyai arti penting dalan hidupnya. Pengertian konsep diri menurut gamabran saya adalah gambaran kepribadian yang ada dalam diri kita sendiri. 
Komponen –komponen konsep diri: 
1. Gambaran diri Sikap individu terhadap tubuhnya, baik sadar maupun tidak sadar. Meliputi performance, potensi tubuh, persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. 
2. Ideal diri Persepsi individu tentang perilakunya yang disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-cita. 
3. Harga diri Penilaian individu terhadap hasil yang ingin dicapai dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut. Konsep diri dan harga diri juga berubah ketika anak-anak memasuki dan menjalani masa remaja. 
4. Peran diri Pola perilaku sikap nilai dan aspirasi yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. 
5. Identitas diri Kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian sebagai sintetis semua aspek konsep diri sebagai sesuatu yang utuh. 



B.   Perkembangan Konsep Diri

1.      Perkembangan Fase Bayi dan Kanak-kanak
            Secara kronologis (menurut urutan waktu), masa bayi (infancy atau babyhood) berlangsung sejak seorang individu manusia dilahirkan dari rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa perkembangan yakni dari usia setahun hingga usia sekitar lima atau enam tahun. Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya. Pertama kali yang dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya diri konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orangtua atau oranglain. Oleh karena itu, fungsionalisasi lingkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk mempersiapkan anak terjun ke dalam lingkungan yang lebih luas terutama lingkungan sekolah.
2.      Perkembangan Fase Anak-anak
  Anak-anak usia bermain beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri dari oranglain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar.
3.      Perkembangan Anak selama Masa Prasekolah
   Dari segi fisik, anak-anak kecil (young children) berkembang kekuatan dan koordinasi otot besar lebih dulu dan kemudian otot kecil (seperti memotong dengan gunting atau menulis). Pada usia prasekolah anak memiliki inisiatif , mengenali jenis kelamin, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan bailk keluarga.
4.      Perkembangan Anak selama Masa Sekolah Dasar
      Antara usia 5 dan 7 tahun, anak-anak mengalami pertumbuhan yang lebih lambat tetapi kesehatan dan kemampuannya lebih baik. Mereka berpikir dengan cara yang dijelaskan oleh Piaget sebagai tahap operasi konkret. Anak-anak di kelas-kelas atas sekolah dasar beralih dari pemikiran ogosentris ke pemikiran yang lebih tidak berpusat. Pada usia 9-12 tahun, anak-anak dapat menggunakan pemikiran logis dan dapat dibalik, dapat bernalar secara abstrak, dan dapat mempunyai pemahaman tentang hubungan sebab-akibat dan antar pribadi.
   Pada masa anak-anak pertengahan, anak-anak dapat dilihat sebagai orang yang mengatasi krisis psikososial kemegahan versus inferioritas menurut Erikson. Sekolah menjadi faktor uatam yang berpengaruh terhadap perkembagan, tempat di mana anak mengembangkan pribadi public, membangun kemampuan sosial, dan membetuk harga diri berdasarkan kompetensi akademis dan non-akademis. Pada masa remaja, antara usia 9 dan 12 tahun, konformitas dalam hubungan dengan teman sebaya, kelompok sebaya dengan kedua jenis kelamin, dan tantangan terhadap otoritas orang dewasa menjadi lebih penting.
    Masa anak-anak (late childhood) berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya (peer group),
2)      Keadaan fisik yang memungkinkan atau mendorong anak memasuki dunia permainan dan pekerjaan yang mebutuhkan keterampilan jasmani,
3)      Memiliki dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan komunikasi yang luas.
5.      Perkembangan Fase Remaja
Perkembangan pada masa remaja (adolescence) berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 tahun pada wanita dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga para oarngtua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan, tak jarang para penegak hukum pun turut direpotkan oleh ulah dan tindak tanduknya yang dipandang menyimpang. Hal ini terjadi karena remaja dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari sautu keadaan ke keadaan lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal (mematikan). Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri.
6.      Perkembangan  Dewasa
      Masa dewasa awal (early adulthood) ialah fase perkembangan saat seorang remaja mulai memasuki masa dewasa, yakni usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada tahap ambang dewasa (late adolescence) atau masa remaja akhir yang berlangsung 21 atau 22 tahun. Masa dewasa membawa perubahan kognitf, sosial, dan perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Pada perkembangan dewasa awal meliputi hal-hal sebagai berikut: mulai bekerja mencari nafkah, memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga, mulai memasuki kehidupan berumah tangga, belajar hidup bersama pasanagn dalam suasana rumah tangga, membesarkan anak-anak, menerima tanggung jawab, dan menemukan kelompok sosial.
7.      Perkembangan Setengah Baya
            Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlamgsung antara usia 40-60 tahun. Dikalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan itu timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional/mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi. Di masa perkembangan ini biasanya tampak gejala depresi, cepat tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang sudah mulai beranjka dewasa.     
8.      Perkembangan Fase Usia Tua
      Masa tua (old age) adalah fase terakhir kehidupan manusia. Masa ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir (akhir hayat). Mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas yang dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motorik yang semakin merosot.
    Diantara perubahan-perubahan tersebut adalah menurunnya kekuatan otot-otot tangan dan otot-otot yang menyangkut seluruh tubuh. Oleh karena itu, pada umunya orangtua lebih cepat merasa lelah, dan untuk mengembalikan kesegaran tubuhnya dari kelelahan itu, ia memerlukan waktu yang lebih lama daripada ketika ia masih berusia muda.

A.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Konsep Diri
1.      Usia
       Konsep diri berbentuk seiring dengan bertambahnya usia, di mana perbedaan ini lebih banyak berhubungan tugas-tugas perkembangan.
2.      Intelegensi
     Mempengaruhi penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya, orang lain, dan dirinya sendiri.
3.      Pendidikan
       Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan prestisenya.
4.      Status Sosial Ekonomi
       Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang lain terhadap dirinya.
5.      Hubungan Keluarga
  Seseorang yang mempunyai hubungan yang erat dengan anggota keluarganya akan mengidentifikasikan diri dengan orang lain dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama.
6.      Orang Lain
       Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.

Pengaruh Konsep Diri Terhadap Prestasi Belajar
          Dalam proses belajar mengajar dibutuhkan konsep diri yang positif untuk mencapai presatasi akademik yang tinggi, karena konsep diri berkolerasi dengan prestasi, motivasi, dan tujuan pribadi. Hasil literatur beberapa ahli menunjukkan bahwa dari berbagai karakteristik mahasiswa yang tidak mampu mencapai presatasi akademik yang tinggi erat hubngannya dengan masalah rendahnya konsep diri (Tarmidi, 2006).



Pembelajaran konsep diri yang dapat dipraktikan di dalam pembelajaran 




Daftar Pustaka

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar