Minggu, 17 Mei 2015

Emosi Dasar Manusia; Pengendalian Emosi



A. Pengertian dan Macam-macam Emosi
            Emosi adalah jantung dan jiwa pengalaman manusia. Dalam kehidupan sehari-hari motivasi dan emosi berkaitan dengan jelas. Sama-sama terdapat dorongan, misalnya prestasi dengan emosi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti ‘menggerakan, bergerak’. Makna ini menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Orang yangbtakut akan berusaha melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya, misalnya lari terbirit-birit. Seseorang ketika malu akan menutup muka sebagai ekspresi rasa tak ingin dilihat orang, dan ketika jijik muncul rasa mual lalu menjauh dari sumber yang menjijikan itu.
         Emosi adalah sesuatu yang kita rasakan pada saat terjadinya, dikenal bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional, timbulnya efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku, menimbulkan dorongan atau motivasi, mengacu pada cara pengekspresian dalam bentuk bahasa, ekspresi wajah, dan isyarat. Baik emosi dan motivasi mendorong kita untuk bertindak sebagai tambahan. Konsep regulasi diri menekankan bahwa emosi kita memberi umpan balik tentang seberapa baik kita melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan kita.

Emosi Dasar Manusia dalam Al-Qur’an
1.  Emosi Senang
Emosi senang tersebut diperlihatkan air muka yang berseri-seri, sudut bibir luar naik, bibir mungkin terbuka dan gigi kelihatan yang dapat diamati oleh orang lain yang melihatnya. Contoh di bawah ini merupakan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ekspresi tersebut pada perubahan raut muka yang memancarkan sinar kebahagiaan, wajah berseri-seri, tersenyum, dan gembira.

                                    وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ  
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria.”  (Q.S. ‘Abasa: 38 – 39)
2.  Emosi Marah
Terjadinya perubahan pada saat marah tampak gejalanya pada saat marah dengan kata-kata, dengan tindakan agresif, dan ada juga emosi marah yang tertahan di dalam batin (diam). Ekspresi wajah pada saat marah; alis tertarik ke bawah dank e dalam, ada kerutan pada dahi, kedua gigi terkatup rapat atau mungkin terbuka dengan menyeringai.
      “Padahal apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.”   (QS. az-Zukhruf : 17)
      Ayat ini menjelaskan bahwa keterbangkitan emosi marah dapat mengakibatkan perubahan raut muka. Perubahan raut muka dengan ungkapan muswaddan (hitam pekat) merupakan gambaran kedahsyatan emosi marah yang dialami orang saat itu.
3.   Emosi Sedih
Dalam sejumlah ayat AL-Qur’an dijelaskan ekspresi emosi sedih yang diperankan oleh manusia. Pertama, ekspresi sedih dengn cucuran air mata. Kedua, tangis yang dibuat-buat untuk memberi kesan kesedihan (sandiwara). Ketiga, ekspresi sedih dalam bentuk prilaku menarik diri disertai dengan mata yang berkaca-kaca.  
      “Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (Q.S. At-Taubah: 92)
      Ayat ini menggambarkan eksoresi sedih disertai dengan cucuran air mata karena tak bisa berbuat apa-apa dalam memperjuangkan Islam bersama Nabi Muhammad saw. Mereka bersedih hati karena tidak turut berpartisipasi dalam perang melawan orang kafir pada perang Tabuk, karena tidak mempunyai harta yang akan dibelanjakan untuk membeli angkutan untuk memobilisasi mereka.
4.  Emosi Takut
Perubahan tingkah laku karena emosi takut biasanya diekspresikan dalam wujud raut muka yang pucat pasi, berteriak histeris, loncat dan berlari, merunduk, menutup telinga, bahkan menghindar. Perubahan yang terjadi berupa denyut nadi meningkat, jantung berdebar-debar, pandangan mata kabur, keluar keringat dingin, dan persendian terasa lemas.
      “Atau seperti hujan lebat dari langit, yang padanya ada gelap­gulita, guruh dan kilat, mereka sumbatkan jari mereka ke dalam telinga mereka dari (mendengar) suara petir, takut mati. Tetapi Allah mengepung orang-orang yang kafir.n kendaraan untuk membawa mereka pergi berperang.” (Q.S. Al-Baqarah: 19).
5.   Emosi Benci
Ekspresi emosi pada surat di bawah ini adalah berpaling, melengos, membelakangi lawan bicara lantaran kebencian yang menguasai diri mereka.
“Atau seperti hujan lebat dari langit, yang padanya ada gelap­gulita, guruh dan kilat, mereka sumbatkan jari mereka ke dalam telinga mereka dari (mendengar) suara petir, takut mati. Tetapi Allah mengepung orang-orang yang kafir.n kendaraan untuk membawa mereka pergi berperang.” (Q.S. Al-‘Isra: 46)
6.  Emosi Heran dan Kaget
Heran berawal dari terjadinya sesuatu di luar apa yang dibayangkan. Sedangkan kaget bermula dari sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Emosi kaget pada umumnya diekspresikan dengan berteriak spontan, terperanjat, mata terbelak, merinding, latah, meneteskan air mata, bahkan menertawai. Intensitas emosi pada kaget lebih dalam dibanding emosi pada peristiwa heran. Ekspresi heran dan kaget ini telah digambarkan dalam AL-Qur’an dengan sanagt jelas.
      “Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia". (Q.S. Ar- Ra’d: 31)
B.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi
1.      Perubahan fisiologis pada wajah, otak, dan tubuh.
Setiap peristiwa emosi selalu diiringi oleh perubahan fisiologis di dalam tubuh kita. Hal ini disebakan adanya naluri-naluri biologis sehubungan dengan adanya ransangan dari suatu obyek yang memicu munculnya emosi. Bentuk perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh emosi, antara lain: reaksi denyut jantung dan peredaran darah, reaksi wajah, reaksi pernapasan dan hormone tertentu, reaksi kulit dan buluroma (merinding), reaksi otot dan kinesis.
2.      Penilaian
Persepsi subyek terhadap obyek, perhatian, pengalaman, dan faktor lain bisa sangat berpengaruh terhadap kemunculan emosi yang beragam. Contohnya: menonton film horror sendirian di rumah tua dalam suasana hujan lebat dan angin kencang yang memaksa tiang-tiang berderik akan melahirkan suasana emosi yang berlainan dibanding menonton secara beramai-ramai.
3.      Regulasi
Sebuah emosi bisa terjadi dalam kesendirian (hubungan intrapersonal) atau hubungan dengan orang lain (hubungan interpersonal), bahkan dengan Sang Maha Pencipta (hubungan metapersonal). Intensitasnya berbeda-beda adakalanya ringan, berat, dan disintegratif. Perbedaan intensitas sangat bergantung pada banyak faktor, misalnya hubungan subyek dengan obyek, situasi dan kondisi lingkungan saat itu, atau faktor latar yang memicu suatu kejadian. 
4.      Proses kognitif
Baik buruk emosi bergantung pada cara berpikir otak. Apabila otak kita cenderung beripikir negatif maka tindakan yang kita lakukan cenderung negatif atau salah. Begitupun kebalikannya, apabila kita berpikir positif maka tindakan yang kita lakukan positif atau baik. 
5.      Tindakan
Bukan hanya perubahan fisiologis yang terjadi pada saat emosi, tapi juga ekspresi, kecenderungan bertindak, atau bahkan melakukan hal tertentu. Karena faktor emosi kita mungkin menangis, bersiul, bernyanyi. Sebuah perbuatan atau kecenderungan bertindak tidak serta merta mengindikasikan sebuah emosi, karena bisa jadi bermakna ambigu. Contohnya: orang yang berbicara keras (berteriak) tidak selalu menandakan kemarahan, tapi mungkin hanya suasana sekeliling berisik dan beranggapan bahwa suaranya tak begitu jelas.
C. Model Pengendalian Emosi
1.  Model displacement
Cara mengalihkan atau menyalurkan ketegangan emosi kepada obyek lain
a)  Kartasis
Kartasis adalah suatu istilah yang mengacu pada pelampiasan emosi atau membawanya ke luar dari keadaan seseorang, dan dalam banyak hal bermanfaat mengurangi agresi, kekuatan, atau kecemasan.
b)      Manajemen ‘Anggur Asam’ (Rasionalisasi)
Manajemen ‘anggur asam’ adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjuk proses pengalihan dari suatu tujuan yang tak tercapai kepada bentuk lain yang diciptakan di dalam persepsi. Manajemen ‘anggur asam’ ini kerap dipraktikan secara intens oleh kaum sufi, khususnya ketika suatu gagal dicapai atau hal ‘negatif’ menimpa. Ketika terantuk batu dan membuat kakinya berdarah, seorang sufi biasanya menenangkan diri dengan berpersepsi bahwa Allah hendak mengeluarkan darah haram dari tubuhnya. Tidak ada emosi marah meledak-ledak atau sumpah serapah seraya membanting batu yang menyebabkan ia terluka.
c)      Dzikrullah
Dzikrullah (mengingat Allah) merupakan salah satu model pengalihan dari masalah yang dihadapi. Dengan mengingat Allah dalam wujud kalimat thayyibah, wirid, do’a, dan tilawah Al-Qur’an hati akan merasa tentram dalam menghadapi masalah, atau ketika harapan tek terpenuhi.
2. Model Penyesuaian Kognisi (Cognitive Adjustment)
Penyesuaian antara pengalaman dan pengetahuan yang tersimpan (kognisi) dengan upaya   memahami masalah yang muncul
a) Atribusi Positif (Husn al-Zhann) 
Suatu mekanisme yang menempatkan persepsi berada dalam wacana positif. Setiap masalah selalu dilihat dari aspek positifnya, dan dicoba untuk disingkirkan sisi-sisi negatifnya.
b)      Empati
Empati dilandasi oleh kesadaran posisional dimana kita membayangkan diri kita berada pada posisi orang lain yang tertimpa musibah atau kesulitan.
c)      Altruisme
Menyaksikan penderitaan orang lain semestinya membuat kita bersedih dan berempati yang selanjutnya menggerakan tangan kita untuk mengulurkan bantuan.
3.  Model Coping
Menerima atau menjalani segala hal yang terjadi dalam kehidupan
a)      Mekanisme Sabar-Syukur
Kehidupan yang membawa kesenangan harus disyukri, sedangkan peristiwa yang terjadi tanpa diharapkan harus disikapi dengan sabar.
b)      Pemberian Maaf (al-‘Afw)
Salah satu ciri keberimanan seseorang ialah ketika ia mampu menahan amarahnya dan mudah memberi maaf, terlebih yang terakhir ini menjadi symbol ketaqwaan (2:237). Orang-orang semacam inilah yang hidup dalam suasana mental yang sehat; hidup tanpa beban, penuh cinta-kisah, serta memiliki aktualisasi diri yang baik.
c)      Adaptasi-Adjustment
Dengan melakukan adaptasi dan adjustment, maka berbagai hal dapat diatasi dengan baik karena menandakan bahwa coping telah berhasil. Coping yang gagal akan mengakibatkan stress berkepanjangan yang serta merta memercikkan emosi-emosi negatif.

D. Perkembangan Moral
      Perkembangan moral adalah pemahaman kita tentang benar atau salah. Teori-teori perkembangan moral biasanya focus pada penalaran moral kita bagaimana kita melakukan penilaian tentang apakah suatu hal benar atau salah.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

1.      Lingkungan keluarga
Keluarga sebagai lingkungan pertama perkembangan moral, nilai, dan sikap seseorang. Bisanya tingkah laku seseorang berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar mereka tidak mampu mengembangkan super egonya sehingga mereka bisa menjadi orang yang sering melakukan pelanggran norma.
2.      Lingkungan sekolah
Di sekolah, anak-anak mempelajari nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat sehingga mereka juga dapat menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik.
3.      Lingkungan pergaulan
Dalam pengembangan kepribadian, faktor lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral, dan tingkah seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajaran teman. Bahkan kadang seseorang teman dijadikan panutan baginya.
4.      Lingkungan masyarakat
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
5.      Teknologi
Pengaruh dari kecanggihan teknologi juga memiliki pengaruh kuat terhadap terwujudnya suatu nilai. Di era sekarang, remaja banyak menggunakan teknologi untuk belajar maupun hiburan. Contoh: intenet memiliki fasilitas yang menawarkan berbagai informasi yang dapat diakses secara langsung. 

Upaya Pengembangan Nilai, Moral, dan Sikap Seperti Implikasinya  
 
Daftar Pustaka



Hude, Darwis. 2006. Emosi. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar