A. Pengertian
dan Macam-macam Emosi
Emosi adalah jantung dan jiwa pengalaman manusia. Dalam
kehidupan sehari-hari motivasi dan emosi berkaitan dengan jelas. Sama-sama
terdapat dorongan, misalnya prestasi dengan emosi berasal dari bahasa Latin
movere yang berarti ‘menggerakan, bergerak’. Makna ini menyiratkan kesan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Orang yangbtakut akan
berusaha melakukan sesuatu untuk melindungi dirinya, misalnya lari
terbirit-birit. Seseorang ketika malu akan menutup muka sebagai ekspresi rasa
tak ingin dilihat orang, dan ketika jijik muncul rasa mual lalu menjauh dari
sumber yang menjijikan itu.
Emosi adalah sesuatu yang kita rasakan pada saat
terjadinya, dikenal bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional,
timbulnya efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku, menimbulkan dorongan
atau motivasi, mengacu pada cara pengekspresian dalam bentuk bahasa, ekspresi
wajah, dan isyarat. Baik emosi dan motivasi mendorong kita untuk bertindak
sebagai tambahan. Konsep regulasi diri menekankan bahwa emosi kita memberi
umpan balik tentang seberapa baik kita melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan
kita.
Emosi
Dasar Manusia dalam Al-Qur’an
1. Emosi Senang
1. Emosi Senang
Emosi senang tersebut diperlihatkan air
muka yang berseri-seri, sudut bibir luar naik, bibir mungkin terbuka dan gigi
kelihatan yang dapat diamati oleh orang lain yang melihatnya. Contoh di bawah
ini merupakan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ekspresi tersebut pada
perubahan raut muka yang memancarkan sinar kebahagiaan, wajah berseri-seri,
tersenyum, dan gembira.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ
“Banyak
muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria.” (Q.S.
‘Abasa: 38 – 39)
2. Emosi
Marah
Terjadinya perubahan pada saat marah tampak gejalanya pada saat
marah dengan kata-kata, dengan tindakan agresif, dan ada juga emosi marah yang
tertahan di dalam batin (diam). Ekspresi wajah pada saat marah; alis tertarik
ke bawah dank e dalam, ada kerutan pada dahi, kedua gigi terkatup rapat atau
mungkin terbuka dengan menyeringai.
“Padahal apabila salah seorang di antara
mereka diberi kabar gembira dengan apa yang dijadikan sebagai misal bagi Allah
Yang Maha Pemurah; jadilah mukanya hitam pekat sedang dia amat menahan sedih.” (QS. az-Zukhruf : 17)
Ayat ini menjelaskan bahwa keterbangkitan emosi marah dapat
mengakibatkan perubahan raut muka. Perubahan raut muka dengan ungkapan muswaddan (hitam pekat) merupakan
gambaran kedahsyatan emosi marah yang dialami orang saat itu.
3. Emosi
Sedih
Dalam sejumlah ayat AL-Qur’an dijelaskan ekspresi emosi sedih
yang diperankan oleh manusia. Pertama, ekspresi
sedih dengn cucuran air mata. Kedua, tangis
yang dibuat-buat untuk memberi kesan kesedihan (sandiwara). Ketiga, ekspresi sedih dalam bentuk
prilaku menarik diri disertai dengan mata yang berkaca-kaca.
“Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang
yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu
kamu berkata: "Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu." lalu
mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan,
lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan.” (Q.S.
At-Taubah: 92)
Ayat ini menggambarkan eksoresi sedih disertai dengan cucuran
air mata karena tak bisa berbuat apa-apa dalam memperjuangkan Islam bersama
Nabi Muhammad saw. Mereka bersedih hati karena tidak turut berpartisipasi dalam
perang melawan orang kafir pada perang Tabuk, karena tidak mempunyai harta yang
akan dibelanjakan untuk membeli angkutan untuk memobilisasi mereka.
4. Emosi
Takut
Perubahan tingkah laku
karena emosi takut biasanya diekspresikan dalam wujud raut muka yang pucat
pasi, berteriak histeris, loncat dan berlari, merunduk, menutup telinga, bahkan
menghindar. Perubahan yang terjadi berupa denyut nadi meningkat, jantung
berdebar-debar, pandangan mata kabur, keluar keringat dingin, dan persendian
terasa lemas.
“Atau seperti hujan lebat dari langit,
yang padanya ada gelapgulita, guruh dan kilat, mereka sumbatkan jari mereka ke
dalam telinga mereka dari (mendengar) suara petir, takut mati. Tetapi Allah
mengepung orang-orang yang kafir.n kendaraan untuk membawa mereka pergi
berperang.” (Q.S. Al-Baqarah: 19).
5. Emosi
Benci
Ekspresi
emosi pada surat di bawah ini adalah berpaling, melengos, membelakangi lawan
bicara lantaran kebencian yang menguasai diri mereka.
“Atau
seperti hujan lebat dari langit, yang padanya ada gelapgulita, guruh dan
kilat, mereka sumbatkan jari mereka ke dalam telinga mereka dari (mendengar)
suara petir, takut mati. Tetapi Allah mengepung orang-orang yang kafir.n
kendaraan untuk membawa mereka pergi berperang.” (Q.S.
Al-‘Isra: 46)
6. Emosi
Heran dan Kaget
Heran
berawal dari terjadinya sesuatu di luar apa yang dibayangkan. Sedangkan kaget
bermula dari sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Emosi kaget pada umumnya
diekspresikan dengan berteriak spontan, terperanjat, mata terbelak, merinding,
latah, meneteskan air mata, bahkan menertawai. Intensitas emosi pada kaget
lebih dalam dibanding emosi pada peristiwa heran. Ekspresi heran dan kaget ini
telah digambarkan dalam AL-Qur’an dengan sanagt jelas.
“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha)
mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya
bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah
pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf):
"Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala
wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan
mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini
bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang
mulia". (Q.S. Ar- Ra’d: 31)
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Emosi
1.
Perubahan
fisiologis pada wajah, otak, dan tubuh.
Setiap peristiwa emosi selalu diiringi
oleh perubahan fisiologis di dalam tubuh kita. Hal ini disebakan adanya
naluri-naluri biologis sehubungan dengan adanya ransangan dari suatu obyek yang
memicu munculnya emosi. Bentuk perubahan fisiologis yang diakibatkan oleh
emosi, antara lain: reaksi denyut jantung dan peredaran darah, reaksi wajah,
reaksi pernapasan dan hormone tertentu, reaksi kulit dan buluroma (merinding),
reaksi otot dan kinesis.
2.
Penilaian
Persepsi subyek terhadap obyek,
perhatian, pengalaman, dan faktor lain bisa sangat berpengaruh terhadap
kemunculan emosi yang beragam. Contohnya: menonton film horror sendirian di
rumah tua dalam suasana hujan lebat dan angin kencang yang memaksa tiang-tiang
berderik akan melahirkan suasana emosi yang berlainan dibanding menonton secara
beramai-ramai.
3.
Regulasi
Sebuah emosi bisa terjadi dalam
kesendirian (hubungan intrapersonal) atau hubungan dengan orang lain (hubungan
interpersonal), bahkan dengan Sang Maha Pencipta (hubungan metapersonal).
Intensitasnya berbeda-beda adakalanya ringan, berat, dan disintegratif.
Perbedaan intensitas sangat bergantung pada banyak faktor, misalnya hubungan
subyek dengan obyek, situasi dan kondisi lingkungan saat itu, atau faktor latar
yang memicu suatu kejadian.
4.
Proses
kognitif
Baik buruk emosi bergantung pada cara
berpikir otak. Apabila otak kita cenderung beripikir negatif maka tindakan yang
kita lakukan cenderung negatif atau salah. Begitupun kebalikannya, apabila kita
berpikir positif maka tindakan yang kita lakukan positif atau baik.
5.
Tindakan
Bukan hanya perubahan fisiologis yang
terjadi pada saat emosi, tapi juga ekspresi, kecenderungan bertindak, atau
bahkan melakukan hal tertentu. Karena faktor emosi kita mungkin menangis,
bersiul, bernyanyi. Sebuah perbuatan atau kecenderungan bertindak tidak serta
merta mengindikasikan sebuah emosi, karena bisa jadi bermakna ambigu.
Contohnya: orang yang berbicara keras (berteriak) tidak selalu menandakan
kemarahan, tapi mungkin hanya suasana sekeliling berisik dan beranggapan bahwa
suaranya tak begitu jelas.
C.
Model Pengendalian Emosi
1. Model displacement
Cara mengalihkan atau menyalurkan
ketegangan emosi kepada obyek lain
a) Kartasis
a) Kartasis
Kartasis adalah suatu istilah yang
mengacu pada pelampiasan emosi atau membawanya ke luar dari keadaan seseorang,
dan dalam banyak hal bermanfaat mengurangi agresi, kekuatan, atau kecemasan.
b) Manajemen
‘Anggur Asam’ (Rasionalisasi)
Manajemen ‘anggur asam’ adalah sebuah
istilah yang digunakan untuk menunjuk proses pengalihan dari suatu tujuan yang
tak tercapai kepada bentuk lain yang diciptakan di dalam persepsi. Manajemen
‘anggur asam’ ini kerap dipraktikan secara intens oleh kaum sufi, khususnya
ketika suatu gagal dicapai atau hal ‘negatif’ menimpa. Ketika terantuk batu dan
membuat kakinya berdarah, seorang sufi biasanya menenangkan diri dengan
berpersepsi bahwa Allah hendak mengeluarkan darah haram dari tubuhnya. Tidak
ada emosi marah meledak-ledak atau sumpah serapah seraya membanting batu yang
menyebabkan ia terluka.
c) Dzikrullah
Dzikrullah (mengingat Allah) merupakan
salah satu model pengalihan dari masalah yang dihadapi. Dengan mengingat Allah
dalam wujud kalimat thayyibah, wirid, do’a, dan tilawah Al-Qur’an hati akan
merasa tentram dalam menghadapi masalah, atau ketika harapan tek terpenuhi.
2.
Model
Penyesuaian Kognisi (Cognitive
Adjustment)
Penyesuaian antara pengalaman dan
pengetahuan yang tersimpan (kognisi) dengan upaya memahami masalah yang muncul
a) Atribusi Positif (Husn al-Zhann)
Suatu mekanisme yang menempatkan persepsi berada dalam wacana positif. Setiap masalah selalu dilihat dari aspek positifnya, dan dicoba untuk disingkirkan sisi-sisi negatifnya.
a) Atribusi Positif (Husn al-Zhann)
Suatu mekanisme yang menempatkan persepsi berada dalam wacana positif. Setiap masalah selalu dilihat dari aspek positifnya, dan dicoba untuk disingkirkan sisi-sisi negatifnya.
b) Empati
Empati dilandasi oleh kesadaran
posisional dimana kita membayangkan diri kita berada pada posisi orang lain
yang tertimpa musibah atau kesulitan.
c) Altruisme
Menyaksikan penderitaan orang lain
semestinya membuat kita bersedih dan berempati yang selanjutnya menggerakan
tangan kita untuk mengulurkan bantuan.
3. Model Coping
Menerima atau menjalani segala hal
yang terjadi dalam kehidupan
a) Mekanisme
Sabar-Syukur
Kehidupan yang membawa kesenangan harus
disyukri, sedangkan peristiwa yang terjadi tanpa diharapkan harus disikapi
dengan sabar.
b) Pemberian
Maaf (al-‘Afw)
Salah satu ciri keberimanan seseorang
ialah ketika ia mampu menahan amarahnya dan mudah memberi maaf, terlebih yang
terakhir ini menjadi symbol ketaqwaan (2:237). Orang-orang semacam inilah yang
hidup dalam suasana mental yang sehat; hidup tanpa beban, penuh cinta-kisah,
serta memiliki aktualisasi diri yang baik.
c) Adaptasi-Adjustment
Dengan melakukan adaptasi dan
adjustment, maka berbagai hal dapat diatasi dengan baik karena menandakan bahwa
coping telah berhasil. Coping yang gagal akan mengakibatkan stress
berkepanjangan yang serta merta memercikkan emosi-emosi negatif.
D.
Perkembangan Moral
Perkembangan
moral adalah pemahaman kita tentang benar atau salah. Teori-teori perkembangan
moral biasanya focus pada penalaran moral kita bagaimana kita melakukan
penilaian tentang apakah suatu hal benar atau salah.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral |
1.
Lingkungan keluarga
Keluarga sebagai lingkungan pertama
perkembangan moral, nilai, dan sikap seseorang. Bisanya tingkah laku seseorang
berasal dari bawaan ajaran orang tuanya. Orang-orang yang tidak memiliki
hubungan yang harmonis dengan orang tuanya di masa kecil, kemungkinan besar
mereka tidak mampu mengembangkan super egonya sehingga mereka bisa menjadi
orang yang sering melakukan pelanggran norma.
2.
Lingkungan sekolah
Di sekolah, anak-anak mempelajari
nilai-nilai norma yang berlaku di masyarakat sehingga mereka juga dapat
menentukan mana tindakan yang baik dan boleh dilakukan. Tentunya dengan
bimbingan guru. Anak-anak cenderung menjadikan guru sebagai model dalam
bertingkah laku, oleh karena itu seorang guru harus memiliki moral yang baik.
3.
Lingkungan pergaulan
Dalam pengembangan kepribadian, faktor
lingkungan pergaulan juga turut mempengaruhi nilai, moral, dan tingkah
seseorang. Pada masa remaja, biasanya seseorang selalu ingin mencoba suatu hal
yang baru. Dan selalu ada rasa tidak enak apabila menolak ajaran teman. Bahkan
kadang seseorang teman dijadikan panutan baginya.
4.
Lingkungan masyarakat
Masyarakat sendiri juga memiliki pengaruh
yang penting terhadap pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali
disebabkan oleh adanya control dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai
sanksi-sanksi tersendiri untuk pelanggar-pelanggarnya.
5.
Teknologi
Pengaruh dari kecanggihan teknologi juga memiliki
pengaruh kuat terhadap terwujudnya suatu nilai. Di era sekarang, remaja banyak
menggunakan teknologi untuk belajar maupun hiburan. Contoh: intenet memiliki
fasilitas yang menawarkan berbagai informasi yang dapat diakses secara
langsung.
Upaya Pengembangan
Nilai, Moral, dan Sikap Seperti Implikasinya
Daftar
Pustaka
Hude,
Darwis. 2006. Emosi. Jakarta:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar